Dalam Sistematika Tumbuhan
(Taksonomi), tanaman seledri diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
|
: Plantae
|
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Dicotiledonae
|
Ordo
|
: Umbelliferales
|
Famili
|
: Umbelliferae
|
Genus
|
: Apium
|
Spesies
|
: Apium graveolens
|
Seledri merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput. Tanaman seledri
berakar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batangnya pendek
karena daunnya terkumpul pada leher akar seperti wortel. Daunnya mempunyai
aroma yang harum spesifik. Daun tanaman seledri menjari, melekuk-lekuk dan
tidak teratur, serta memiliki tangkai yang panjang. Bunganya terkumpul dalam
bongkol bertangkai panjang. Warna bunganya putih kekuning-kuningan. Buahnya
panjang berusuk dan keras.
Seledri daun (A. graveolens L.
var. secalinum Alef.) dipanen daunnya
atau batangnya saja. Adapun seledri potong (A.
graveolens L. var. sylvestre
Alef.) dipanen batangnya. Selain itu, ada pula seledri berumbi (A. graveolens L. rapaceum Alef.) yang dipanen daun-daunnya saja. Batang seledri
berumbi membengkak membentuk umbi. Dari ketiga jenis seledri tersebut, yang
banyak ditanam di Indonesia adalah seledri daun.
Ada jenis tanaman lainnya yang menyerupai seledri potong, yaitu peterseli (Petroselinum vulgare Hill atau Apium petroselinum L.). Akan tetapi,
peterseli ini hanya hidup di tempat yang lembab dan teduh (tidak terkena
matahari langsung). Tanaman ini digemari oleh orang-orang eropa.
Seledri dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi
(pegunungan), terutama di daerah yang berhawa sejuk (dingin) dan lembab. Daerah
yang banyak ditanami seledri adalah Jawa Barat terutama di Cipanas dan
Pangalengan. Waktu tanam yang baik adalah pada awal musim hujan atau akhir
musim hujan.
Adapun syarat penting tumbuhnya tanaman seledri ialah tanahnya banyak
mengandung humus, gembur serta mengandung garam dan mineral. Selain itu, pH
tanahnya antara 5,5 – 6,5. Tanah yang agak kering disukai jenis seledri daun.
Oleh karena itu, seledri daun lebih baik ditanam di akhir musim hujan. Tanah
yang mengandung pasir atau kerikil dan banyak airnya, tetapi tidak menggenang
lebih disukai seledri potong. Akan tetapi, tanah yang mengandung lumpur
sebaiknya tidak ditanami seledri.
Tanah yang mengandung garam natrium dan kalsium serta unsur boron lebih
disukai tanaman seledri. Jika tanahnya kekurangan natrium, tanaman menjadi
kerdil. Oleh karena itu, tanaman seldri perlu diberi garan dapur (NaCl)
sebanyak 600 kg/ha. Jika tanaman kekurangan kalsium, kuncup daun seledri
menjadi kering. Jika kekurangan unsur boron, batang dan tangkainya menjadi
retak-retak. Di luar negeri pada lahan pH rendah dan humusnya tinggi (gambut)
sering ditambahkan borax sebanyak 25 kg/ha pada tanaman seledri.
Seledri dikembangbiakkan dengan bijinya, untuk penanaman seluas 1 ha
diperlukan 200 – 250 g biji seledri dan 600 – 1.000 g biji untuk peterseli.
Menurut teori, satu hektar hanya diperlukan 100 – 150 g biji seledri atau 500g
peterseli dengan daya kecambah 75 %.
Biji-biji seledri ini biasanya disemaikan terlebih dahulu. Tempat biji
disemaikan diberi pupuk kandang yang telah jadi. Pupuk kandang tersebut dicampur dengan tanah
dan diratakan. Setelah tanah rata, biji disebar berbaris dengan jarak antar
baris 10 cm kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Biji akan tumbuh setelah
kira-kira tiga minggu kemudian.
Sebelum benih di tanam, tanah yang akan ditanami disiapkan terlebih dahulu.
Tanah tersebut dicangkul sedalam 25 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 10
ton/ha. Setelah itu, tanah dibuat bedengan-bedengan yang lebarnya 1 m. Tiap
bedengan memuat tiga baris tanaman. Bibit yang telah berumur satu bulan
(berdaun 3 – 5 helai) dipindahkan ke bedengan-bedengan yang telah disiapkan
dengan jarak tanam 25 cm dan jarak baris 30 cm.
Biji-biji seledri itu dapat pula langsung ditanam di bedengan tanpa
disemai. Akan tetapi, cara ini sulit dijamin kelembabannya sehingga ada
kemungkinan biji-biji itu tidak tumbuh. Untuk mempercepat tumbuhnya biji,
sebelum disemaikan, biji-biji tersebut disimpan di tempat yang basah (dibungkus
dengan kain yang selalu basah) sampai keluar akarnya. Biji ditaburkan di
persemaian atau langsung ke kebun setelah berakar.
Setelah tanaman berumur 1,5 bulan sejak semai atau 0,5 bulan di kebun (biji
berakar), tanaman diberi pupuk buatan. Pupuk buatan berupa campuran urea dan
KCl dengan perbandingan 3 : 2 sebanyak 3 g tiap tanaman (150 kg urea dan 100 kg
KCl tiap hektar). Pupuk buatan itu diberikan di sekitar tanaman sejauh 5 cm
dari batangnya bersamaan dengan penyiangan. Garam dapur dapat pula ditambahkan
dalam jumlah kecil (50 kg/ha) untuk mendorong pertumbuhannya menjadi hijau.
Cara memelihara tanaman seledri yang penting adalah memberantas hama dan
penyakit tanaman. Hama yang sering menyerang ialah kutu daun. Kutu daun berfungsi
sebagai vektor untuk menyebarkan penyakit virus mosaik (blorok) dan dapat
merusak daun. Hama tersebut dapat diberantas dengan semprotan Kelthane 0,2 %.
Selain itu, diberantas cendawan yang dapat menyebabkan penyakit. Cendawan Cercospora apii menyebabkan penyakit
cacar cokelat kuning. Penyakit tersebut menyerang tanaman di persemaian. Adapun
cendawan Septoria apii var. graveolentis menyebabkan penyakit cacar
hitam. Penyakit tersebut menyerang tanaman dewasa pada saat di kebun.
Pemberantasan penyakit yang disebabkan cendawan dapat digunakan fungisida
Benlate 0,1 – 0,3 % atau Dithane M-45 0,2 %.
Tanaman seledri dapat dipungut hasilnya setelah berumur antara 2 – 3 bulan
dari waktu sebar. Memungutnya dengan cara mencabut tanaman untuk seledri daun,
memotong tanamannya pada pangkal batangnya untuk seledri pohon, atau hanya
memetik daun-daunnya untuk seledri berumbi. Setelah dipungut untuk pertama
kali, tanaman dapat dipanen lagi setelah satu bulan. Tanaman yang dirawat
dengan baik dapat menghasilkan 5 – 6 ton/ha. Hasil produksi tanaman seledri
tersebut pemasarannya masih terbatas untuk pasar lokal.
Daun seledri digunakan sebagai penyegar masakan soto, bakmi, sop dan
masakan Cina. Selain itu, daun seledri pun berguna untuk mengobati penyakit
rematik, darah tinggi, dan sukar tidur. Akan tetapi penderita sakit kencing
protein (hysteria) tidak baik makan seledri.
Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya,
2003)
*Gambar hasil pencarian di
internet, bukan dari penulis.