Kingdom
|
: Plantae
|
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Dicotiledonae
|
Ordo
|
: Papavorales
|
Famili
|
: Cruciferae
|
Genus
|
: Brassica
|
Spesies
|
: Brassica juncea
|
Sawi
merupakan tanaman semusim. Bentuknya hampir menyerupai caisim. Sawi dan caisim
kadang sukar dibedakan Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.
Kedua jenis sayuran tersebut dapat disilangkan (kawin silang). Tanaman sawi
mempunyai batang pendek dan lebih langsing daripada petsai. Urat daun utama
lebih sempit daripada petsai, tetapi daunnya lebih liat. Pada umumnya pola
pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop. Tanaman ini
mempunyai akar tunggang dengan akar samping yang banyak, tetapi dangkal.
Bunganya mirip petsai, tetapi rangkaian tandan lebih pendek.
Sawi (Brassica juncea L. Coss) termasuk famili
Cruciferae. Dari jenis ini dikenal tiga varietas sebagai berikut.
a. Sawi putih atau disebut juga sawi
jabung (Brassica juncea L. var. rugosa Roxb. & Prain), sangat
digemari banyak orang karena rasanya
yang enak. Tulang daunnya lebar, berwarna hijau keputih-
putihan, bertangkai
pendek, dan bersayap. Sayap
tersebut melengkung ke bawah. Batang sawi
putih pendek dan tegap.
b. Sawi hijau, kurang disukai karena
rasanya agak pahit. Sawi hijau batangnya pendek dan tegap.
Daunnya lebar,
berwarna hijau tua, dan
bertangkai pipih.
c. Sawi huma, enak rasanya, tetapi
masih kurang enak jika dibandingkan dengan sawi putih. Batang
sawi huma
panjang, kecil dan langsing.
Daun-daunnya panjang sempit, berwarna hijau keputih
putihan, bertangkai panjang
dan bersayap.
Sawi mudah ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun, sawi
lebih banyak ditanam di dataran rendah, terutama di pekarangan karena
perawatannya lebih mudah. Jenis sawi huma baik sekali jika ditanam di tempat
yang agak kering atau di tegalan.
Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak
mengandung humus, drainasi baik, dan pH tanahnya antara 6 – 7. Waktu tanam yang
baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian, tanaman dapat
pula ditanam pada musim kemarau asalkan tersedia cukup air.
Seperti halnya tanaman petsai, sawi pun dikembangbiakkan dengan bijinya.
Penyediaan biji tidak tergantung pada impor, petani pun dapat menghasilkannya
sendiri karena tanaman ini sangat mudah berbunga dan berbiji di Indonesia.
Biji-biji sawi perlu disemaikan terlebih dahulu. Untuk lahan seluas 1 ha
diperlukan 700 g biji sawi. Menurut teori, satu hektar lahan hanya diperlukan
350 g dengan daya kecambah 75 %. Sebelum biji disemai, lahan diolah terlebih
dahulu. Lahan tersebut dicangkul sedalam 30 cm dan diberi pupuk kandang
sebanyak 10 ton/ha. Setelah itu, lahan dibuat bedengan-bedengan yang lebarnya
satu meter. Bedengan tersebut dibuat tiga baris tanaman dengan jarak tanam 30
cm dan jarak antar baris 40 cm.
Setelah berumur 3 – 4 minggu dari waktu sebar (kira-kira berdaun empat
helai) bibit dapat dipindahkan ke bedengan. Selanjutnya tanaman diberi pupuk
urea saat berumur 10 hari di bedengan. Pupuk diberikan di sekeliling tanaman
sejauh 5 cm dari batangnya sebanyak 3 g tiap tanaman. Dengan demikian, untuk
lahan seluas 1 ha diperlukan 250 g urea. Pupuk ini sebaiknya diberikan
bersamaan waktu tanah didangir.
Memelihara tanaman sawi yang penting ialah mengendalikan serangan ulat
daun. Ulat-ulat daun ini dapat diberantas dengan cara disemprot insektisida,
seperti Ambush 2 EC, Decis 2,5 EC.
Tanaman sawi dapat dipungut hasilnya setelah berumur dua bulan. Sawi
dipungut dengan cara tanaman dicabut atau dipotong bagian batang di atas tanah.
Ada pula orang yang memungut hasilnya dengan cara memetik daunnya satu per
satu. Cara pemungutan yang terakhir ini bertujuan agar tanaman tahan lama.
Tanaman sawi yang terawat dengan baik dan sehat dapat menghasilkan 10 – 15 ton/ha.
Hasil produksi sawi saat ini masih untuk pasar lokal.
Sawi dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan dalam bentuk masak. Selain
itu, daun sawi hijau juga sering dibuat asinan oleh masyarakat Cina.
Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya,
2003)
*Gambar hasil pencarian di
internet, bukan dari penulis.