Dalam Sistematika Tumbuhan
(Taksonomi), tanaman bit diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
|
: Plantae
|
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Dicotiledonae
|
Ordo
|
: Caryophyllales
|
Famili
|
: Chenopodiaceae
|
Genus
|
: Beta
|
Spesies
|
: Beta vulgaris L.
|
Bit merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batang bit sangat
pendek, hampir tak terlihat. Akar tunggangnya tumbuh menjadi umbi. Daunnya tumbuh
terkumpul pada leher akar tunggang (pangkal umbi) dan berwarna kemerahan. Umbi
bit berbentuk bulat atau menyerupai gasing. Akan tetapi, ada pula bit berbentuk
lonjong. Ujung umbi bit terdapat akar. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga
yang bertangkai panjang banyak (racemus). Tanaman ini sulit berbunga di
Indonesia. Bit banyak digemari karena rasanya enak, sedikit manis dan lunak.
Bit banyak ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari
1.000 m dpl, terutama bit merah. Akan tetapi, bit putih ditanam pada ketinggian
500 m dpl. Di dataran rendah bit tidak mampu membentuk umbi. Bit banyak ditanam
di Pulau Jawa, terutama di Cipanas, Lembang, Pangalengan dan Batu. Adapun
syarat penting agar bit tumbuh dengan baik adalah tanahnya subur, gembur dan
lembap. Selain itu, tanah liat yang berlumpur dengan pH tanah 6 – 7 lebih
sesuai untuk bit. Sebaiknya waktu tanam bit pada awal musim hujan atau akhir
musim hujan.
Bit dikembangbiakkan dengan cara ditanam bijinya. Biji bit tersebut
langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dahulu. Tanah yang akan ditanami
dicangkul sedalam 30 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton per ha. Setelah
tanahnya diratakan, dibuat alur-alur dangkal dengan jarak antar alur 20 cm.
Biji-biji bit tersebut ditaburkan merata di sepanjang alur kemudian ditutup
tipis-tipis dengan tanah. Untuk penanaman seluas 1 ha dibutuhkan 8 kg biji bit.
Biji bit akan tumbuh setelah ditanam 6 hari. Setelah berumur 3 – 4 minggu,
tanaman diperjarang sehingga jarak antartanaman menjadi 15 – 20 cm. Jika
ditemukan bijinya tumbuh 2 – 3 tunas (poliembrioni), tunas-tunas yang lemah
dipisahkan dan disisakan satu tanaman yang subur. Penjarangan dapat bersamaan
dengan penyiangan untuk penggemburan tanah.
Pemberian pupuk buatan untuk tanaman bit jarang dilakukan. Namun, agar
hasil yang diperoleh lebih baik, dianjurkan tanaman bit diberi pupuk buatan.
Pupuk buatan tersebut berupa campuran urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 2 :
1 : 1 sebanyak 200 kg/ha atau 100 kg urea, 50 kg TSP, dan 50 kg KCl per ha.
Pupuk tersebut ditebar di kanan-kiri setiap tanaman sejauh 5 cm dari batangnya.
Pemberian pupuk ini bersamaan dengan penyiangan.
Tanaman bit tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Pemeliharaannya hanya
dengan cara membersihkan rumput-rumput yang mengganggu. Penyakit yang biasa
tampak adalah mildew embun. Penyakit ini disebabkan oleh Peronospora schachtii
yang dapat diatasi dengan semprotan Benlate 0,2 %.
Tanaman bit dapat dipungut hasilnya setelah berumur 2,5 – 3 bulan dari
waktu tanam dengan cara umbi-umbinya dicabut. Tanaman bit yang terawat baik
dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi per hektar. Semakin tua tanaman bit,
semakin manis rasanya. Kadar vitamin C-nya juga semakin tinggi. Namun, bit yang
terlalu tua akan mengeras. Jika umbi-umbi bit tidak segera dimasak,
daun-daunnya dibuang/dipotong setengahnya agar penguapan yang berlebihan dapat
dihindari.
Bit mengandung sumber vitamin C. Selain itu, bit juga banyak mengandung
vitamin B dan sedikit vitamin A sehingga baik untuk kesehatan tubuh. Oleh karena
itu, bit pun dianjurkan dimakan dalam jumlah yang banyak bagi penderita darah
rendah. Kegunaan lain dari bit, terutama umbinya, yaitu dapat dijadikan
campuran salad atau direbus.
Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya,
2003)
*Gambar hasil pencarian di
internet, bukan dari penulis.