Kamis, 15 Juni 2017

Budidaya Bit (Beta vulgaris L.)

Dalam Sistematika Tumbuhan (Taksonomi), tanaman bit diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotiledonae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Chenopodiaceae
Genus
: Beta
Spesies
: Beta vulgaris L.

Bit merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batang bit sangat pendek, hampir tak terlihat. Akar tunggangnya tumbuh menjadi umbi. Daunnya tumbuh terkumpul pada leher akar tunggang (pangkal umbi) dan berwarna kemerahan. Umbi bit berbentuk bulat atau menyerupai gasing. Akan tetapi, ada pula bit berbentuk lonjong. Ujung umbi bit terdapat akar. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak (racemus). Tanaman ini sulit berbunga di Indonesia. Bit banyak digemari karena rasanya enak, sedikit manis dan lunak.

Ada dua varietas bit (Beta vulgaris L.) yang dikenal, yaitu bit merah dan bit putih. Bit merah (Beta vulgaris L. var. rubra L.) umbinya berwarna merah tua. Sementara bit putih atau bit potong (Beta vulgaris L. var. cicla L.) umbinya berwarna merah keputih-putihan. Di Indonesia kedua jenis bit tersebut tidak dapat berbunga dan berbiji sehingga benihnya masih didatangkan dari luar negeri.

Bit banyak ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl, terutama bit merah. Akan tetapi, bit putih ditanam pada ketinggian 500 m dpl. Di dataran rendah bit tidak mampu membentuk umbi. Bit banyak ditanam di Pulau Jawa, terutama di Cipanas, Lembang, Pangalengan dan Batu. Adapun syarat penting agar bit tumbuh dengan baik adalah tanahnya subur, gembur dan lembap. Selain itu, tanah liat yang berlumpur dengan pH tanah 6 – 7 lebih sesuai untuk bit. Sebaiknya waktu tanam bit pada awal musim hujan atau akhir musim hujan.

Bit dikembangbiakkan dengan cara ditanam bijinya. Biji bit tersebut langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dahulu. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 30 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton per ha. Setelah tanahnya diratakan, dibuat alur-alur dangkal dengan jarak antar alur 20 cm. Biji-biji bit tersebut ditaburkan merata di sepanjang alur kemudian ditutup tipis-tipis dengan tanah. Untuk penanaman seluas 1 ha dibutuhkan 8 kg biji bit.

Biji bit akan tumbuh setelah ditanam 6 hari. Setelah berumur 3 – 4 minggu, tanaman diperjarang sehingga jarak antartanaman menjadi 15 – 20 cm. Jika ditemukan bijinya tumbuh 2 – 3 tunas (poliembrioni), tunas-tunas yang lemah dipisahkan dan disisakan satu tanaman yang subur. Penjarangan dapat bersamaan dengan penyiangan untuk penggemburan tanah.

Pemberian pupuk buatan untuk tanaman bit jarang dilakukan. Namun, agar hasil yang diperoleh lebih baik, dianjurkan tanaman bit diberi pupuk buatan. Pupuk buatan tersebut berupa campuran urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 200 kg/ha atau 100 kg urea, 50 kg TSP, dan 50 kg KCl per ha. Pupuk tersebut ditebar di kanan-kiri setiap tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Pemberian pupuk ini bersamaan dengan penyiangan.

Tanaman bit tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Pemeliharaannya hanya dengan cara membersihkan rumput-rumput yang mengganggu. Penyakit yang biasa tampak adalah mildew embun. Penyakit ini disebabkan oleh Peronospora schachtii yang dapat diatasi dengan semprotan Benlate 0,2 %.

Tanaman bit dapat dipungut hasilnya setelah berumur 2,5 – 3 bulan dari waktu tanam dengan cara umbi-umbinya dicabut. Tanaman bit yang terawat baik dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi per hektar. Semakin tua tanaman bit, semakin manis rasanya. Kadar vitamin C-nya juga semakin tinggi. Namun, bit yang terlalu tua akan mengeras. Jika umbi-umbi bit tidak segera dimasak, daun-daunnya dibuang/dipotong setengahnya agar penguapan yang berlebihan dapat dihindari.

Bit mengandung sumber vitamin C. Selain itu, bit juga banyak mengandung vitamin B dan sedikit vitamin A sehingga baik untuk kesehatan tubuh. Oleh karena itu, bit pun dianjurkan dimakan dalam jumlah yang banyak bagi penderita darah rendah. Kegunaan lain dari bit, terutama umbinya, yaitu dapat dijadikan campuran salad atau direbus.

Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya, 2003)


*Gambar hasil pencarian di internet, bukan dari penulis.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budidaya Bawang Merah (Allium spp.)

Dalam Sistematika Tumbuhan (Taksonomi), tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ...