Dalam Sistematika Tumbuhan
(Taksonomi), tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
|
: Plantae
|
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Dicotiledonae
|
Ordo
|
: Violales
|
Famili
|
: Cucurbitaceae
|
Genus
|
: Momordica
|
Spesies
|
: Momordica charantia L.
|
Pare merupakan tanaman setahun yang bersifat merambat. Tanaman tersebut
merambat dengan alat pemegang yang berbentuk pilin. Batangnya kecil dan
panjang, tetapi lebih kuat daripada mentimun. Daunnya bercagap menjari. Daun tanaman
pare beraroma spesifik dan tidak sedap. Buah pare setelah tua berwarna kuning
dan bijinya merah. Pare banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.
Akan tetapi, tidak semua orang gemar buah pare karena rasanya pahit.
Pare (Momordica charantia L.)
termasuk famili Cucurbitaceae memiliki jenis-jenis pare yang terkenal antara
lain. Pare putih dengan bentuk buahnya bulat panjang, besar dan berwarna putih.
Permukaan kulit buahnya terdapat bintil-bintil seperti jerawat. Jenis inilah
yang sangat digemari karena rasanya tidak begitu pahit. Pare hijau buahnya
lonjong, kecil dan berwatna hijau. Permukaan kulit buahnya berbintil-bintil
agak halus dan rasanya pahit. Ada pula jenis sayuran pare lainnya yang tidak
termasuk Momordica sp., tetapi
termasuk Trichosanthus anguina L.
Sayuran tersebut dikenal dengan nama pare ular atau pare belut. Buah pare ini
berwarna hijau tua dan permukaan kulitnya tidak berbintil-bintil. Rasanya tidak
begitu pahit. Bentuk buahnya bulat dan sangat panjang hingga mencapai 60 cm. Buah
pare ini dapat melengkung sampai berbentuk pilin. Pare belut jarang ditanam di
Jawa Barat, tetapi sering ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama di
depan rumah hingga tampak aneh.
Pare baik sekali ditanam di dataran rendah, seperti di tegalan maupun di
pekarangan. Jika tanaman pare ditanam di dataran tinggi, biasanya buahnya
kecil-kecil dan pertumbuhan buahnya kurang normal. Syarat-syarat yang penting
untuk tumbuhnya pare ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus, dan pH
tanah antara 5 – 6. Tanaman tersebut tidak memerlukan banyak sinar matahari.
Jadi dapat tumbuh di tempat yang agak teduh/ternaungi. Tanaman pare dianjurkan
untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang baik adalah pada
awal musim hujjan atau awal musim kemarau.
Pare dikembangbiakkan dengan biji. Jika pare ditanam dengan model
para-para, lahan tidak perlu dicangkkul, tetapi langsung dibuat lubang asalkan
gulmanya tidak banyak. Ukuran lebar lubangnya 30 cm dan dalamnya 20 cm. Jarak
antar lubang diatur 60 cm dan jarak antar baris 200 cm. Setiap lubang diisi
pupuk kandang dan kompos yang telah jadi sebanyak 1 kg. Akan lebih baik jika
dicampur dengan abu dapur. Selanjutnya setiap lubang ditanam 2 – 3 biji pare. Biji
dapat tumbuh setelah 4 -7 hari.
Setelah tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-para setinggi 1 – 1,5 cm
untuk menjalarkan tanaman tersebut. Pembuatan para-para dapat pula diganti
dengan ajir atau tiang lanjaran. Untuk penanaman di pinggir-pinggir pagar,
tanaman dirambatkan pada pagar-pagar tadi. Oleh karena itu, biji-biji pare itu
ditanam di sepanjang pagar tersebut.
Pupuk buatan biasanya tidak diberikan. Akan tetapi, agar diperoleh hasil
yang memuaskan sebaiknya pupuk buatan diberikan pada tanaman. Pupuk buatan
tersebut berupa urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 2 sebanyak 15 g
tiap tanaman (3 g urea, 6 g TSP dan 6 g KCl). Pupuk tersebut diletakkan di
sekeliling tanaman sejauh 10 cm dari batangnya. Sebaiknya pupuk diberikan saat
tanaman berumur satu bulan dan bersamaan dengan penyiangan. Setelah 1,5 – 2
bulan, tanaman mulai berbunga betina. Bunga tersebut biasanya dapat menjadi
buah.
Tanaman pare tidak membutuhkan perawatan yang sulit, cukup dengan membuang
rumput/gulma di sekeliling tanaman dan mencegah buah dari serangan hama.
Pencegahan hama dilakukan dengan pembungkusan buah muda menggunakan kertas atau
daun pisang kering. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah serangan lalat buah (Dacus cucurbitaceae sp.). Buah yang
terserang lalat menjadi bernoda-noda kuning lalu busuk. Pembungkusan buah tidak
diperlukan untuk pare belut. Akan tetapi, sebaiknya buah yang muda digantungi
(dibebani) kayu kecil atau sabut kelapa. Beban tersebut dikaitkan pada
ujung-ujung buah agar buahnya menjadi lurus.
Setelah pare berumur 2,5 buah, buah pertama sudah dapat dipungut. Pemungutan
terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan. Tanaman yang terawat
baik dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohon. Produksi buah pare umumnya
hanya untuk pasar lokal karena harganya murah.
Buah pare dapat dijadikan obat bagi penderita penyakit demam, terutama
demam karena penyakit malaria. Adapun daunnya digunakan sebagai obat untuk
membersihkan darah. Selain untuk obat, buah pare dapat dibuat sambel
goreng/lalap masak. Dengan memakan buah pare masak dapat merangsang nafsu
makan.
Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya,
2003)
*Gambar hasil pencarian di
internet, bukan dari penulis.