Minggu, 02 Juli 2017

Budidaya Pare (Momordica charantia L.)

Dalam Sistematika Tumbuhan (Taksonomi), tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotiledonae
Ordo
: Violales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Momordica
Spesies
: Momordica charantia L.

Pare merupakan tanaman setahun yang bersifat merambat. Tanaman tersebut merambat dengan alat pemegang yang berbentuk pilin. Batangnya kecil dan panjang, tetapi lebih kuat daripada mentimun. Daunnya bercagap menjari. Daun tanaman pare beraroma spesifik dan tidak sedap. Buah pare setelah tua berwarna kuning dan bijinya merah. Pare banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Akan tetapi, tidak semua orang gemar buah pare karena rasanya pahit.

Pare (Momordica charantia L.) termasuk famili Cucurbitaceae memiliki jenis-jenis pare yang terkenal antara lain. Pare putih dengan bentuk buahnya bulat panjang, besar dan berwarna putih. Permukaan kulit buahnya terdapat bintil-bintil seperti jerawat. Jenis inilah yang sangat digemari karena rasanya tidak begitu pahit. Pare hijau buahnya lonjong, kecil dan berwatna hijau. Permukaan kulit buahnya berbintil-bintil agak halus dan rasanya pahit. Ada pula jenis sayuran pare lainnya yang tidak termasuk Momordica sp., tetapi termasuk Trichosanthus anguina L. Sayuran tersebut dikenal dengan nama pare ular atau pare belut. Buah pare ini berwarna hijau tua dan permukaan kulitnya tidak berbintil-bintil. Rasanya tidak begitu pahit. Bentuk buahnya bulat dan sangat panjang hingga mencapai 60 cm. Buah pare ini dapat melengkung sampai berbentuk pilin. Pare belut jarang ditanam di Jawa Barat, tetapi sering ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama di depan rumah hingga tampak aneh.

Pare baik sekali ditanam di dataran rendah, seperti di tegalan maupun di pekarangan. Jika tanaman pare ditanam di dataran tinggi, biasanya buahnya kecil-kecil dan pertumbuhan buahnya kurang normal. Syarat-syarat yang penting untuk tumbuhnya pare ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus, dan pH tanah antara 5 – 6. Tanaman tersebut tidak memerlukan banyak sinar matahari. Jadi dapat tumbuh di tempat yang agak teduh/ternaungi. Tanaman pare dianjurkan untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang baik adalah pada awal musim hujjan atau awal musim kemarau.

Pare dikembangbiakkan dengan biji. Jika pare ditanam dengan model para-para, lahan tidak perlu dicangkkul, tetapi langsung dibuat lubang asalkan gulmanya tidak banyak. Ukuran lebar lubangnya 30 cm dan dalamnya 20 cm. Jarak antar lubang diatur 60 cm dan jarak antar baris 200 cm. Setiap lubang diisi pupuk kandang dan kompos yang telah jadi sebanyak 1 kg. Akan lebih baik jika dicampur dengan abu dapur. Selanjutnya setiap lubang ditanam 2 – 3 biji pare. Biji dapat tumbuh setelah 4 -7 hari.

Setelah tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-para setinggi 1 – 1,5 cm untuk menjalarkan tanaman tersebut. Pembuatan para-para dapat pula diganti dengan ajir atau tiang lanjaran. Untuk penanaman di pinggir-pinggir pagar, tanaman dirambatkan pada pagar-pagar tadi. Oleh karena itu, biji-biji pare itu ditanam di sepanjang pagar tersebut.

Pupuk buatan biasanya tidak diberikan. Akan tetapi, agar diperoleh hasil yang memuaskan sebaiknya pupuk buatan diberikan pada tanaman. Pupuk buatan tersebut berupa urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 2 sebanyak 15 g tiap tanaman (3 g urea, 6 g TSP dan 6 g KCl). Pupuk tersebut diletakkan di sekeliling tanaman sejauh 10 cm dari batangnya. Sebaiknya pupuk diberikan saat tanaman berumur satu bulan dan bersamaan dengan penyiangan. Setelah 1,5 – 2 bulan, tanaman mulai berbunga betina. Bunga tersebut biasanya dapat menjadi buah.

Tanaman pare tidak membutuhkan perawatan yang sulit, cukup dengan membuang rumput/gulma di sekeliling tanaman dan mencegah buah dari serangan hama. Pencegahan hama dilakukan dengan pembungkusan buah muda menggunakan kertas atau daun pisang kering. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah serangan lalat buah (Dacus cucurbitaceae sp.). Buah yang terserang lalat menjadi bernoda-noda kuning lalu busuk. Pembungkusan buah tidak diperlukan untuk pare belut. Akan tetapi, sebaiknya buah yang muda digantungi (dibebani) kayu kecil atau sabut kelapa. Beban tersebut dikaitkan pada ujung-ujung buah agar buahnya menjadi lurus.

Setelah pare berumur 2,5 buah, buah pertama sudah dapat dipungut. Pemungutan terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan. Tanaman yang terawat baik dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohon. Produksi buah pare umumnya hanya untuk pasar lokal karena harganya murah.

Buah pare dapat dijadikan obat bagi penderita penyakit demam, terutama demam karena penyakit malaria. Adapun daunnya digunakan sebagai obat untuk membersihkan darah. Selain untuk obat, buah pare dapat dibuat sambel goreng/lalap masak. Dengan memakan buah pare masak dapat merangsang nafsu makan.

Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya, 2003)

*Gambar hasil pencarian di internet, bukan dari penulis.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budidaya Bawang Merah (Allium spp.)

Dalam Sistematika Tumbuhan (Taksonomi), tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ...