Dalam Sistematika Tumbuhan
(Taksonomi), tanaman cabai diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
|
: Plantae
|
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Dicotiledonae
|
Ordo
|
: Solanales
|
Famili
|
: Solanaceae
|
Genus
|
: Capsicum
|
Spesies
|
: Capcicum annuum L.
|
Cabai
atau lombok adalah tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman ini berakar
tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batangnya tidak berbulu,
tetapi banyak cabang. Daunnya panjang dengan ujung runcing (oblongus acutus). Cabai berbunga
sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan (lepas). Umumnya bunga berwarna
putih namun ada pula yang ungu. Bunga cabai berbentuk terompet kecil. Buah yang
masih muda hijau, tetapi ada pula yang putih kekuningan. Buah tua umumnya berwarna
merah atau kuning. Banyak biji di dalam ruangan buah. Daging buahnya berupa
keping-keping tidak berair. Biji tersebut melekat pada plasenta. Buah cabai
mengandung zat capsicin yang pedas dan merangsang. Cabai mengandung minyak
atheris yang memberi rasa pedas dan panas. Selain itu, buah cabai banyak
mengandung Vitamin A dan Vitamin C.
Selain
cabai merah, jenis yang tergolong cabai besar ialah paprika (Capsicum longum L. Sendt). Jenis cabai
ini rasanya tidak terlalu pedas dan agak manis. Adapun jenis cabai lainnya yang
termasuk cabai besar adalah cabai bulat atau cabai udel atau cabai domba (Capsicum annuum L. var. abbreviata Fingerhuth). Buah cabai ini
pendek dengan ujungnya tumpul dan bergantung pada ketiak daun. Ketika muda
buahnya berwarna putih atau hijau, setelah tua menjadi ungu/merah. Jenis cabai
udel kurang disukai karena kurang pedas dan baunya spesifik tidak segar. Jenis
cabai ini umumnya hanya untuk tanaman hias. Cabai yang termasuk dalam golongan
cabai kecil ialah cabai rawit, cabai cengek, dan cbai hias. Cabai kecil ini
tahan terhadap hujan dan penyakit layu. Buahnya lebat dan berbuah sepanjang tahun.
Cabai
rawit atau jemprit ini buahnya kecil, pendek dan berdiri tegak pada ketiak
daun. Rasanya pedas sekali hingga dapat merangsang selaput kendang telinga.
Saat muda buahnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Jenis cabai
kecil lainnya ialah cabai cengek. Buah cabai ini kecil, tetapi lebih besar
daripada cabai rawit, pendek berdiri tegak pada ketiak daun. Buahnya masih muda
berwarna putih dan setelah tua menjadi kuning. Rasanya pedas sekali, tetapi
tidak sepedas cabai rawit.
Cabai
dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Itulah sebabnya cabai banyak ditanam orang di pekarangan rumah. Syarat agar
tanaman cabai tumbuh baik ialah tanah berhumus, gembur, bersarang, dan pH
tanahnya antara 5 – 6. Daerah yang banyak ditanami tanaman cabai ialah Wates
(Yogyakarta), Wonosobo, Pekalongan dan Cirebon.
Tanaman
cabai tidak tahan hujan, terutama pada waktu berbunga, karena bunga-bunganya
akan mudah gugur. Jika tanahnya kebanyakan air atau becek, tanaman mudah
terserang penyakit layu. Oleh karena itu, waktu tanam cabai yang baik ialah
pada awal musim kemarau. Di daerah beriklim kering, misalnya di Jawa Tengah,
cabai dapat pula ditanam pada musim penghujan asalkan drainasenya baik.
Cabai
dikembangbiakkan dengan biji yang diambil dari buah tua atau yang berwarna
merah. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu. Tanah persemaian ini sebaiknya
dicampur dengan pupuk kandang supaya bibitnya lekas besar. Biji akan tumbuh
setelah 4 – 7 hari kemudian. Untuk lahan seluas 1 ha diperlukan 500 g biji
cabai, sedangkan menurut teori diperlukan 250 g biji dengan daya kecambah 75 %.
Sebelum
ditanam, tanah dicangkul dan diberi pupuk kandang. Pupuk kandang ini sebaiknya
diletakkan di dalam lubang kecil yang dibuat lurus dengan jarak antar lubang 50
– 60 cm dan jarak antar baris lubang 60 – 70 cm, tergantung kepada jenis yang
akan ditanam. Jenis cabai kecil memerlukan jarak yang lebar karena banyak
sekali cabangnya. Tiap-tiap lubang diisi dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg
hingga untuk tanaman seluas 1 ha diperlukan sekitar 15 ton pupuk kandang yang
telah jadi.
Setelah
bibit berumur 1 – 1,5 bulan (kira-kira tingginya 10 – 15 cm), bibit dipindahkan
ke lubang tersedia. Satu bulan setelah tanam, tanaman diberi pupuk buatan.
Pupuk tersebut merupakan campuran pupuk urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan
1 : 2 : 1 sebanyak 10 g tiap tanaman, Oleh karena itum diperlukan 150 kg urea,
300 kg TSP, dan 150 kg KCl. Pada tanah tandus, pupuk urea dapat diberikan
sampai 200 kg per ha. Pupuk buatan ini diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5
cm dari batangnya. Saat tanaman berumur dua bulan sebaiknya diberi pupuk urea
susulan 150 kg/ha.
Pemeliharaan
tanaman cabai tidak terlalu sulit. Dengan cara membersihkan rumput pengganggu,
menjaga ketersediaan air, dan memberantas hama serta penyakit. Hama yang sering
menyerang tanaman cabai ialah lalat buah (Dacus
ferrugineus), kutu daun (Myzus
persicae) dan tungau merah (Tetranychus
sp.). Lalat buah merusak dengan menusuk buah cabai hingga berguguran.
Pemberantasan hama ini dengan penyemprotan Kelthane
0,1 – 0,2 %.
Penyakit
yang sering mengancam tanaman cabai ialah penyakit busuk buah. Penyakit
tersebut disebabkan cendawan Collectrichum
nigrum. Cendawan Oeidium sp.
menyebabkan penyakit gugur daun, sedangkan cendawan Phytophtora capsici penyebab terjadinya penyakit busuk daun.
Penyakit busuk daun dan busuk buah tersebut dapat dicegah dengan disemprotkan
Dithane M-45 atau Anthracol 0,2 %.
Penyakit
utama yang sering menggagalkan tanaman cabai besar adalah penyakit yang
disebabkan virus daun keriting (TMV). Virus TMV ditularkan kutu daun. Virus
tersebut merusak daun muda sehingga menjadi keriting/menggulung dan mengecil.
Penyakit ini sampai kini belum dapat diberantas sehingga bila ada tanaman yang
terserang lebih baik dicabut dan dibuang agar tidak menular.
Pemungutan
buah pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur empat bulan. Tanaman yang
baik dapat menghasilkan buah 4 – 10 ton buah/ha. Buah cabai mempunyai pasaran
yang luas baik dalam luar negeri. Dalam bentuk olahan (sambal atau tepung)
telah dipasarkan sampai Eropa dan Amerika. Akan tetapi harga cabai menjadi
tidak stabil ketika tergantung musim panen dan hari besar.
Dalam
pabrik obat-obatan, cabai yang mempunyai “heat unit” tinggi digunakan untuk
bahan koyo. Akan tetapi, bagi penderita wasir atau ambeien, sakit mata, sakit
tenggorokan, radang kandungan, dan bagi wanita yang menyusui lebih baik jangan
makan cabai karena dapat mengakibatkan hal-hal yang kurang baik.
Buah
cabai pun dapat digunakan dalam bermacam-macam masakan sebagai bumbu dapur. Cabai
hijau dapat digunakan untuk bumbu sambel goreng/tumis, sedangkan cabai rawit
dan cengek untuk bumbu pecel, asinan dan lain-lain. Cabai kering digunakan
sebagai bumbu mi instan. Pemberian cabai pada makanan ini bertujuan untuk
memberikan rasa lezat dan hangat.
Daftar Pustaka :
Hendro, Sunarjono, Bertanam 30 Jenis Sayur (Jakarta : Penebar Swadaya,
2003)
*Gambar hasil pencarian di
internet, bukan dari penulis.